Selasa, 05 Maret 2013

Spiral Nowergia

TROMSE, KOMPAS.com - Sebuah cahaya raksasa dalam bentuk spiral yang mendominasi langit di atas Norwegia pagi tadi telah mengejutkan para ahli. Ribuan orang yang terpesona dengan benda itu bertanya kepada Institut Meteorologi Norwegia, apakah cahaya yang luar biasa di langit menjelang fajar itu berukuran ratusan kilometer.

Fenomena yang sering disebut sebagai 'gerbang bintang' ini juga membuat para ilmuwan dan militer bingung.
Sejumlah teori pun mulai dilihat kembali, seperti meteor bola api, atau aktivitas yang belum jelas sepwerti penembakan rudal, atau lainnya.
Seorang saksi di Norwegia yang pertama kali melihat kilatan cahaya sekira pukul 8.45 waktu setempat ini menjelaskan, spiral itu berwarna putih terang dengan sebuah benda mirip bulan di tengahnya. Sedangkan cahaya biru, tampak menjadi ekornya mendekat ke bumi.

Tontonan cahaya berbentuk spiral itu juga dapat dilihat warga Skandinavia. Totto Eriksen, dari Tromso, sebuah wilayah di utara Norwegia, adalah salah satu saksi yang diwawancara sejumlah kabar Norwegia ihwal penampakan cahaya itu.

"Saat itu, saya sedang mengantarkan putriku ke sekolah ketika cahaya ini berputar dan meledak di langit. Kami melihat dari Inner Harbour di Tromso. Itu terlihat seperti sebuah roket yang berputar dan kemudian pergi secara diagonal di langit," katanya.

"Orang-orang hanya berhenti dan menatap di dermaga - itu seperti sesuatu dari film Hollywood."

Axel Berg dari Alta, juga dari daerah itu, menambahkan: "Ini seperti spiral raksasa - bintang jatuh yang berputar dan sekitar. Awalnya saya pikir itu adalah proyektor tapi kemudian ekor cahayanya ke kiri dan berputar dalam posisi diam."

Astronom Knut Jorgen Roed Odegaard mengatakan belum pernah melihat fenomena seperti ini. "Ini terlihat di atas langit yang sangat luas di seluruh utara Norwegia dan Trøndelag. Pertama saya pikir itu bola api meteor, tapi itu berlangsung terlalu lama. Ini mungkin sebuah rudal dari Rusia, tapi saya tidak bisa menjamin bahwa itu adalah jawabannya," ujarnya.

"Saya kemudian membunyikan menara Air Traffic Control di Tromse. Mereka mengatakan hal itu selesai dalam dua menit. Bagi saya, ini menjadi fenomena astronomi. Ini bentuk spiral yang unik. Hal ini jelas bukan variasi aurora borealis - cahaya utara."


Kepala Ilmuwan Erik Tandberg, di Pusat Antariksa Norwegia juga benar-benar takjub melihat spiral itu. Dia setuju dengan perkiraan banyak pakar lain, bahwa pola spiral itu bisa saja disebabkan oleh sebuah rudal dari Rusia.

"Saya setuju dengan semua orang di komunitas sains bahwa cahaya ini adalah hal yang paling aneh. Aku belum pernah melihat hal seperti ini pernah. Ini mungkin dampak dari ledakan rudal, atau benda langit lainnya yang karena alasan tertentu telah bertingkah aneh."

"Kalau rudal, kemungkinan besar diluncurkan dari pangkalan Pletsevsk di Rusia atau salah satu kapal selam Rusia atau bahkan dari European Space Agency di Kiruna. Maka, mari kita berbicara bahwa ini adalah peluncuran roket yang telah salah."

"Tapi aku tahu bahwa militer telah menolak penjelasan ini. Jadi kita bisa melihat ini sebuah fenomena alam yang sama sekali baru."

Sabtu, 15 Desember 2012

Benua Afrika Akan Terbelah



Celah sepanjang 55 kilometer di gurun Ethiopia diperkirakan akan berkembang menjadi samudra baru. Celah selebar 6 meter di beberapa titik tersebut mulai terbuka tahun 2005, dan sejumlah ahli geologi yakin itu akan menjadi cikal bakal samudra baru.

Lempengan Afrika dan Arab yang bertemu di padang terpencil Afar Ethiopia Utara kini mulai merekah akibat proses itu dengan laju kurang dari 1 inci per tahun selama 30 juta tahun terakhir. Celah ini membentuk depresi Afar sepanjang 300 km hingga Laut Merah. Melalui jalur itu, Laut Merah diperkirakan akan mengalir ke rekahan Ethiopia dan membentuk laut baru sekitar sejuta tahun mendatang. Laut baru itu akan menghubungkan Laut Merah dan Teluk Aden, serta Laut Arab antara Yaman di Jazirah Arab dan Somalia di Afrika Timur. ( KOMPAS.com)

Fenomena Halo

Fenomena ini sngat unik dan langka terjadi, karena ternyata matahari bisa punya cincin yang indah berwarna pelangi layaknya planet saturnus.
Fenomena halo (lingkaran cahaya) alam seperti ini, sebelumnya juga pernah/sering terjadi di berbagai daerah dibelahan bumi ini, seperti di Bandung dan Jakarta, terjadi pada tanggal 27 September 2007 (info disini); di Sumatra Barat, tanggal 30 September 2009, setelah peristiwa gempa, fenomena optik ini berlangsung selama 2 minggu, dan diwaktu malam juga terjadi bulan purnama dengan cincinnya; di Tawau dan Pahang Malaysia juga pernah terjadi pada tahun 2008; di German pada tanggal 12 Desember 2004 terjadi fenomena “Halo” Bulan; bahkan fenomena halo Matahari ini sering juga terjadi di benua Eropa dan Amerika, 2 kali dalam seminggu.
Berikut adalah gambar-gambar yang berhasil diambil oleh teman-teman di kantor saat kejadian tersebut:



Bagaimana Hal ini Bisa Terjadi?
Halo, dalam bahasa dan tulisan Latin ἅλως, juga disebut sebagai nimbus atau gloriole. Merupakan fenomena optik yang menampilkan bentuk cincin di sekitar sumber cahaya. Di alam biasanya kita lihat saat bulan purnama atau saat matahari terang di siang hari.
Fenomena tersebut terjadi akibat refleksi dan refraksi cahaya matahari/bulan oleh kristal-kristal es yang terdapat di awan cirrus, awan yang terletak di tingkatan atmosfer yang disebut troposfer, sekitar 5-10 km dari permukaan bumi.
Halo adalah fenomena optikal berupa lingkaran cahaya di sekitar sumber cahaya Matahari atau Bulan. Fenomena Halo adalah lingkaran seperti pelangi yang mengelilingi matahari. Halo adalah fenomena yang lebih sering terjadi di langit.
Pada umumnya halo melibatkan putaran radius 22° halo dan sundogs (Parhelia). Dalam gambar diatas, menunjukan matahari di kelilingi oleh 22° halo dan dilambungi (sisi) oleh sundogs. Parhelic circle adalah biasan cahaya kristal yang melepasi sundogs dan mengelilinginya. Kadangkala ia melapisi keseluruhan ruang langit dalam latitut yang sama dengan matahari. Pembinaan tangen ketinggian dan rendah (Upper Tangent arc and Lower Tangent arc) menyentuh secara terus dengan 22° halo sama ada di atas atau dibawah matahari. Pembuatan Lengkungan (Circumzenithal arc) akan terjadi di atas kristal tersebut.
Radius 22° gerhana matahari tidak kelihatan. Ia seperti helaian yang berlapis-lapis atau habuk pada permukaan awan cirrus yang nipis. Awan ini sejuk dan mengandung kristal es walaupun pada iklim yang sangat panas.
Gerhana matahari sangat besar, selalu mempunyai diameter yang sama dalam posisinya di langit. Kadang-kadang hanya sebagian saja yang muncul. Semakin kecil cincin cahaya yang terbias muncul mengelilingi matahari atau bulan, dihasilkan oleh corona dari lebih banyak tetesan air daripada dibiaskan oleh kristal es, hal ini bukan berarti menunjukkan bahwa hujan akan turun.

Saat awan cirus hanya merefleksikan dan merefraksikan cahaya matahari, biasanya halo yang terbentuk hanya cincin yang tak berwarna. Namun jika pada sudut yang tepat, bisa terjadi juga dispersi sehingga cincin yang terjadi juga berwarna seperti halnya pelangi. Contoh refraksi yang sederhana adalah saat anda melihat sedotan dalam gelas berisi air terlihat patah, atau permukaan dasar kolam yang terlihat menjadi lebih dekat ke permukaan daripada yang sebenarnya.
Refleksi yang terjadi saat cahaya melewati titik air, es atau kristal yang transparan hanya terjadi pada sudut tertentu saja. Sudut ini ditentukan oleh index refraksi medium tersebut. Contoh sederhana saat kita melihat akuarium pada sudut tertentu kaca akuarium yang tembus pandang tiba-tiba menjadi cermin, memantulkan bayangan isi akuarium.
Pada gambar dibawah ini, juga terlihat adanya halo pada cahaya lampu di daerah yang bersalju:

Fenomena Halo, Fenomena Biasa
Prakirawan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Susi Susiana, menyebutkan bahwa fenomena halo merupakan fenomena biasa yang bisa terjadi di seluruh muka bumi.
Bulatan halo di langit terbentuk karena adanya reaksi optik ketika sinar matahari dibiaskan kristal-kristal air pada lapisan awan tipis cirrus.
“Fenomena alam itu lumrah dan bisa terjadi di mana saja, seperti pelangi mengelilingi matahari atau bulan. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan cuaca,” kata Susiana saat menghadiri Peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-60 tahun 2010 di Lembang Kabupaten Bandung.
Ia menyebutkan, fenomena halo mungkin jarang terjadi di daerah tropis, namun di belahan bumi Eropa fenomena itu sering terjadi.
Halo, selain terjadi dalam bentuk lingkaran penuh dengan bagian pinggir berbingkai warna pelangi, juga bisa terjadi dalam lingkaran separuh dengan pusat pada cahaya matahari.
Susiana menyebutkan, bila ingin melihat halo, kedua mata harus dilindungi dari pancaran sinar matahari.
“Jangan sesekali terlalu lama memandang halo, kalau perlu memakai kacamata hitam atau tiga dimensi, hindari kilauan pada kaca atau cermin,” katanya.
Khusus bagi mereka yang hendak mengambil foto dengan menggunakan kamera single lens reflex (SLR), sebaiknya tidak langsung membidik melalui kotak bidik ke arah halo, karena cahaya matahari akan masuk ke dalam lensa fokus dan bisa merusak retina mata.
Merenungi Fenomena Matahari
Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an surat Asy-Syams ayat 1 – 10, yang artinya:
  1. Demi matahari dan cahayanya di pagi hari,
  2. Demi bulan ketika mengiringinya,
  3. Demi siang ketika menampakkannya,
  4. Demi malam ketika menutupinya,
  5. Demi langit dan (Allah) yang membangunnya,
  6. Demi bumi dan (Allah) yang menghamparkannya,
  7. Demi jiwa dan (Allah) yang menyempurnakannya,
  8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa kefasikan dan ketakwaan,
  9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,
  10. dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya,
Bila kita baca dan renungkan ayat-ayat pendek surat Asy-Syams tersebut, terasa ada nuansa ”psiko-astronomis” (kalau boleh disebut demikian) yang sangat kuat. Allah bersumpah untuk menjadi perhatian hamba-hamba-Nya dengan menyebut fenomena-fenomena astronomis yang diakhiri dengan fenomena kejiwaan.
Banyak makna bisa diungkap dari fenomena astronomis itu yang mungkin jarang kita renungkan untuk menyucikan jiwa kita. Misalnya, matahari sesaat setelah terbit yang disebut di awal surat.
Matahari di kaki langit tampak lebih besar daripada ketika berada di atas kepala. Padahal, ukuran piringan matahari itu tidak berubah, selain efek refraksi atmosfer yang menyebabkannya tampak sedikit lonjong. Besarnya sekitar setengah derajat atau kira-kira setengah lebar ujung telunjuk bila direntangkan ke depan sepanjang lengan.
Pola pikir manusia yang bersifat nisbi menyebabkan kesan besarnya matahari di kaki langit. Ketika itu matahari tampak besar karena dibandingkan dengan latar depan pepohonan, bangunan, atau benda lainnya yang tampak kecil di kejauhan. Demikianlah, jiwa manusia cenderung merasa diri besar, kuat, kaya, pandai, atau terhormat karena membandingkannya dengan yang kecil, lemah, miskin, bodoh, atau jelata.
Matahari ketika tengah hari tampak kecil karena dibandingkan dengan langit yang luas. Demikian pula pola pikir yang nisbi akan membawa kita sampai pada kesimpulan diri kita kecil, lemah, miskin, bodoh, atau terhina bila kita menyadari ada yang lebih besar, lebih kuat, lebih kaya, lebih pandai, dan lebih terpuji.
Itulah ”psiko-astronomis” fenomena matahari. Memang, fenomena alam dengan proses spesifik yang disebut di dalam Surat Asy-Syams kaya akan pelajaran untuk direnungkan. Matahari sebagai objek sentral pada empat ayat pertama tampaknya dijadikan perlambang untuk perenungan.
Matahari memberikan sinar pada bulan yang mengiringinya sehingga manusia bisa menentukan penanggalan qamariyah. Matahari memberikan cahaya terang dan kehangatan pada siang hari sehingga manusia bisa beraktivitas. Matahari bersembunyi di balik horizon pada malam hari agar manusia bisa beristirahat.
Perenungan fenomena alam semestinya membimbing kearah penyucian jiwa, menyadari kenisbian manusia. Sifat dan sikap takabur merupakan pengotor jiwa yang bisa muncul dalam bentuk sikap otoriter, diskriminatif, dan menindas.
Imam Ghozali pernah berpesan, jadilah Muslim seperti matahari. Ia bersinar karena kualitas pribadinya. Dan ia mampu menerangi dan menghangatkan sekitarnya. Mampu memberi manfaat bagi masyarakatnya.
Referensi:
  • Sumiyanta, Vienny, terima kasih photo-photonya (11.06.2010).
  • Fenomena halo, http://wikimedia.org,
  • Fenomena halo warnai hari meteorologi (23.03.2010), http://antaranews.com,
  • Merenungi fenomena matahari (11.09.2007),,, http://id.shvoong.com,

Air Terjun & Kolam Darah

Air Terjun darah  (darah yang mengucur tiada henti)
Kali ini Blog keunikan alam bumi kita kembali meposting tentang fenomena alam yang sangat unik namun Air Terjun darahcukup menyeramkan, ya sesuai dengann judul diatas, fenomena alam yang langka terjadi di Antartika, daratan yang dilapisi oleh es. Bagaimana tidak dari sebuah sumber air yang mengalir pada sebuah air terjun, bisa terdapat “aliran darah” yang mengalir terus menerus namun agak lambat. Air terjun darah (Blood Falls), demikian orang menyebutnya, benar-benar ada di  Antartika. Hal ini terjadi di sebuah Gletser di Antartika tepatnya di lembah Mc Murdo wilayah kutub selatan.
Suhu dalam air sekitar -5 derajat celcius, tetapi karena memiliki tingkat salinitasyang sangat tinggi, air tersebut jadi tidak membeku. Tempat ini juga sangat kaya dengan garam besi.
Saat pertama kali ditemukan oleh seorang ahligeologi, Griffith Taylor,pada tahun 1911, warna merah yang mengalir secara perlahan-lahan tersebut diperkirakan berasal dari ganggang(alga) merah, tetapi ternyata hal tersebut merupakan kejadian alamiah yang membuatnya semakin spektakuler.
Para Ilmuwan memperkirakan cairan seperti darah ini berasal dari mikroba kuno yang terperangkap di dalam celah es
Kira-kira 1,5 – 2 juta tahun yang lalu Gletser Taylor terkurung dibawah aliran air yang mengandung kumpulan mikroba kuno, dan mereka terisolasi disana dibawah lapisan es yang sangat tebal. Secara alami, mikroba ini berkembang secara independen, hidup tanpa cahaya, panas dan oksigen. Peristiwa tersebut disebut sebagai aliran lambat primordial. Dan di sana mereka terperangkap pada suatu kondisi salinitas yang sangat tinggi dan kaya akan zat besi, dari zat besi itulah warna merah dihasilkan.

“Mikroba-mikroba tersebut menggunakan ion-ion sulfat sebagai satu-satunya sumber energinya”, kata Jill Mikucki dari Harvard University. Mikroba-mikroba ini mengubah ion-ion sulfat menjadi sulfit dengan menggunakan suatu sistem yang unik. Sulfit ini, kemudian bereaksi dengan zat besi (iron) menjadi sulfat kembali, dengan bantuan enzym khusus bernama PAPS, atau phosphoadenosine-5′-phosphosulphate-reductase
Air terjun ini terjadi karena adanya sebuah celah atau retakan gletser yang memungkinkan air subglacial tersebut keluar, membentuk air terjun tanpa mencemari ekosistem didalamnya. Keberadaan ekosistem yang terdapat di “aliran darah” ini menunjukkan bahwa adanya kehidupan masih sangat mungkin, meskipun dalam kondisi bumi yang paling ekstrim sekalipun. Para ilmuwanpun akhirnya menduga dari kesimpulan tersebut, bisa sangat mungkin terjadi juga di planet-planet lain sepertiMars dan Yupiter, Air terjun berdarah ini benar benar suatu fenomena alam yang ajaib baik secara visual maupun ilmiah.
 
 
Kolam Darah (tempat merebus orang berdosa neraka)
Bila di kutub ada air terjun darah maka di jepang ada kolam darah.
Di Jepang memiliki 9 tempat wisata yang dijuluki sebagai nereka yang ada di bumi “Nine Hell” dikatakan demikian karena kesembilan neraka ini memiliki panas alami yang begitu panas hingga selalu mengeluarkan asap. Salah satu dari 9 neraka yang dikenal adalah bernama Chinoike Jigoku atau lebih dikenal dengan sebutan “kolam darah” karena kolam yang ada airnya berwarna merah bak tercampur darah manusia.

Legenda tradisional Jepang menceritakan kolam darah ini diyakini orang kuno sebagai tempat penyiksaan arwah orang orang jahat yang disiksa dineraka sehingga dampaknya air kolamnya pun berwarna merah seperti tercampur darah manusia. Secara ilmiah penelitian mengungkap bila Chinoike Jigoku merupakan geyser aktif yang memiliki kandungan oksida besi yang tinggi hingga secara kimiawi membuat air yang ada memiliki kemiripan dengan kandungan darah dan warnanyapun mirip. Bila sebelumnya ada air terjun darah di kutub, kejadian kedua fenomena alam ini memang ada kemiripan, namun di Chinoike Jigoku memiliki geo thermal lebih panas dari air terjun darah di kutub yang pernah dibahas beberapa tahun lalu.





Sumber: http://sinomido.blogspot.com/2011/10/kolam-darah-mendidih-tempat-merebus_2792.html#ixzz2FBSOCLwV

Rabu, 07 Maret 2012

Hujan Darah


Hari tanggal 25 Juli hingga 23 September 2001, fenomena alam aneh yaitu hujan merah secara sporadis turun di Kerala, India selatan. Siraman hujan ini berwarna merah, menodai pakaian orang-orang dengan warna yang mirip darah ini. Warna hujan lain seperti kuning, hijau, dan hitam juga pernah dilaporkan terjadi.
Turunnya hujan berwarna merah di India ini sempat menghebohkan dunia. Para ilmuwan meyakini hujan ini mengandung sel hidup karena ditemukan DNA. Temuan ini hasil penelitian seorang ahli mikrobiologis asal Inggris bernama Milton Wainwright dari Universitas Sheffield, namun si ilmuwan ini belum bisa memastikan mengenai DNA apa yang terkandung dalam hujan darah India ini. Namun anggapan ini dibantah karena ada anggapan lain yang menyebutkan bahwa hujan ini berasal dari semburan pasir di Arab yang bercampur dengan air hujan. Kejadian yang sama pernah terjadi di Inggris tahun 1968. Sampai sekarang fenomena alam ini masih menjadi perdebatan.

Sungai Bawah Laut

Foto dan Video Sungai di bawah laut - Suatu fenomena alam yang ramai diperbincangkan oleh khayalak dunia yaitu penemuan sungai di bawah laut, Cenote Angelita, Meksiko. Namun pemberitaan mengenai Sungai di Bawah laut yang terlalu dibesar-besarkan nii menjadikan banyak perdebatan-perdebatan, hingga memasuki ranah kepercayaan (agama).

Pada suatu forum saya membaca artikel yang menyebutkan bahwa berita sungai bawah laut ini sudah disebutkan dalam Al Qur'an. Berikut ayatnya :

Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. (QS : Al Furqon 53)
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (QS Ar Rahmaan : 19-20)
Juga ada yang mengatakan bahwa warna kecoklatan seperti air sungai itu merupakan lapisan gas hidrogen sulfida. Namun warna kecoklatan itu bukan berasal dari air tawar. Disebutkan, bagian kecoklatan yang mirip air sungai itu adalah lapisan bagian bawah gas hidrogen sulfide atau H2S. Gas yang biasanya dihasilkan dari saluran pembuangan kotoran.

Wallahualam Bizahwab....

Berikut adalah foto sungai di bawah laut itu :







Rainbow Fire


Rainbow fire atau pelangi api adalah halo atau fenomena optikyang sama dalam tampilannya pelangi horisontal, tetapi berbedayang disebabkan oleh pembiasan cahaya melalui kristal es di awancirrusIni hanya terjadi ketika matahari berada tinggi di langit, paling tidak 58 ° di atas cakrawala, dan hanya dapat terjadi dengan adanya awan cirrusDengan demikian tidak bisa diamati padalokasi utara 55 ° N atau selatan dari 55 ° S, kecuali terkadang di lintang yang yang lebih tinggi dari gunung.
Untuk terlihat matahari harus di ketinggian 57,8 ° (90 -32,2 °) atau lebih dan jika kondisi awan benar itu terlihat di sepanjangcakrawala di sisi yang sama dari langit saat matahari. Mencapaiintensitas maksimum pada ketinggian matahari 67,9 °.
Fenomena ini cukup langka karena kristal es harus selarashorizontal untuk membiaskan matahari tinggi. Busur terbentuk sebagai sinar cahaya memasuki kristal horizontal berorientasiheksagonal datar melalui sisi vertikal wajah dan keluar melaluiwajah bagian bawah horisontal. Ini adalah kecenderungan 90 °yang menghasilkan terpisah baik pelangi seperti warna dan, jikakeselarasan kristal tepat, membuat seluruh awan cirrus bersinarseperti pelangi menyala.
Sebuah busur circumhorizontal bisa bingung dengan busurinfralateral ketika matahari berada tinggi di langityang pertamanamun selalu berorientasi horizontal di mana yang terakhir iniberorientasi sebagai bagian dari pelangi, misalnya sebagai busuryang membentang dari atas cakrawala.